Sabtu, 22 Maret 2014

FRANS CONNRAD PALAUNSOEKA , Tokoh Pendiri Partai Persatuan Dayak dan Harian Kompas


FRANS. CONNRAD PALAUNSOEKA Lahir di desa Malapi, Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat tanggal 19 Mei 1923, dari pasangan Daun Ma’ Neiding dan Rengen Soeka. Panggilan sehari-harinya adalah Palaun, sedangkan Soeka merupakan marga dari ibunya yang merupakan Samagat (Bangsawan dalam suku Dayak Taman).

Palaun merupakan cucu seorang Pendiri Rumah Betang Malapi I Kapuas Hulu dan Pejuang HAM bernama BALE POLOKAYU (ayah dari Daun) yang sudah diakui oleh Pemerintah pada zaman ORBA, yaitu memperjuangkan adat istiadat Gawai Mamandung, di mana pada zaman dahulu orang melakukan Gawai dengan mempersembahkan salah satu pelayan atau pembantunya untuk dibunuh dengan cara di tombak di dalam kerangkeng kayu yang disebut pandung, dengan maksud untuk dipersembahkan kepada leluhur. Selain itu jika para bangsawan dari Suku Daya’ Taman meninggal, salah satu dari pelayan bangsawan itu harus dibunuh dengan maksud untuk menemani si Bangsawan yang meninggal tersebut. Tradisi inilah yang diperjuangkan dan diubah oleh BALE POLOKAYU, beliau menggantikan manusia yang di kurbankan dengan Kerbau/Sapi.
Seperti kakeknya Bale Polokayu, FC. Palaunsoeka memang terlahir sebagai Pemimpin dan Tokoh. Palaun merupakan seorang Tokoh Dayak dan Tokoh Katolik Nasional yang taat sampai akhir hayatnya dan mempunyai sifat yang sangat perduli terhadap orang banyak. Dan juga sebagai pemimpin partai besar dan organisasi besar.

Kamis, 20 Maret 2014

Partai Persatuan Daya[k] (PD). Partai Politik Pertama Suku Bangsa Dayak di Kalimantan

Kongres Sintang Mei 1958
I. Dayak In Action (DIA)
Semangat untuk bersatu masyarakat Suku Bangsa Dayak dalam sebuah organisasi selain di Kalimantan Selatan ( Kalimantan Tengah dan Selatan sekarang - Baca Pakat Dayak) , mulai nampak di Kalimantan Barat. Cikal Bakal Pendirian Partai Persatuan Daya[k] adalah dari satu sekolah seminari di Kelurahan Nyarumkop, Singkawang Kalimantan Barat. Sekolah Seminari itu bernama Seminari Santo Petrus. Tokoh-tokoh Pendiri Partai Persatuan Daya[k]  banyak yang berasal dari sekolah Seminari Santo Petrus [*1].
Pendidikan yang diberikan kepada suku Dayak menghasilkan kesadaran bahwa harkat dan martabat Suku Bangsa Dayak dapat terangkat jika kesatuan dari Sub-sub suku Dayak Dapat terwujud. Pada tahun 1942 [*2], diadakan retreat guru-guru dayak di Sanggau. Dalam pertemuan ini muncul pemikiran untuk memajukan orang Dayak supaya tidak selalu terbelakang. Beberapa literatur menyebutkan kesadaran ini timbul setelah surat yang di kirim oleh Oevaang Oeray kepada seluruh guru sekolah Katholik yang ada di Kalimantan Barat, untuk perduli kepada keadaan sosial masyarakat Dayak.

Selasa, 18 Maret 2014

Buku Novel "Ngayau" : Misteri Manusia Berkepala Merah (Teu Fung Theu)


Judul : NGAYAU , Misteri Manusia Kepala Merah (Teu Fung Theu)
Penulis : R. Masri Sareb Putra dan M.S. Gumelar
Penerbit : Entertainment Essence Center
Tahun Terbit : 2014
Halaman : 377






Jumat, 14 Maret 2014

GRRI (Gerakan Revolusi Rakyat Indonesia) dan Perang Danau Mare di Katingan , Kalimantan Tengah

Danau Mare
Masa revolusi fisik mempertahankan Kemerdekaan, banyak terjadi pertempuran yang dilakukan oleh pejuang-pejuang dari Kalimantan, salah satunya Perang Danau Mare (Tumbang Samba, Katingan - Kalimantan Tengah ). Dalam pertempuran Danau Mare ini banyak pejuang yang ikut bertempur, berhasil mengusir dan menewaskan Prajurit Belanda. Tetapi ironisnya, masyarakat banyak yang tidak tahu peristiwa bersejarah ini. Dengan tulisan ini diharapkan agar peristiwa heroik yang terjadi di Danau Mare -Katingan, Kalimantan Tengah dapat diketahui secara luas.
Perjuangan GRRI dalam Perang Danau Mare dapat dibagi dalam beberapa tahap peristiwa.

I. Laskar pejuang Dayak Besar
Pada masa penjajahan Belanda ditengah penderitaan Rakyat , muncul pemuda Pelapor dari FUSU TJO GAKKO yang bernama Pieter K. Sawong bersama Ibong Bangas dari Taman Siswa. yang mendapat mandat untuk mendirikan GP3 (Gerakan Pelopor Penegak Proklamasi). Untuk menindak lanjuti mandat itu pada tanggal 12 Desember 1945 diadakan pertemuan yang bertempat di rumah J.M. Nahan. Pertemuan ini dihadiri oleh Pieter K. Sawong, Sikur Patus, Timmerman Brahim dan J.M. Nahan. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan membentuk GP3 di daerah Dayak Besar dan segera melakukan perekrutan para pemuda. Tindakan ini direspon positif oleh para pemuda : M. Yunus, Atak Dillah, Amat Benyamin Amei, Batara Linggar, Ady Suryadi, Christoffel Binti dan JP. Ngampun.

Kamis, 13 Maret 2014

Pakat Dayak (Sarikat Dayak). Organisasi pertama Suku Bangsa Dayak di Kalimantan

Gereja Hampatong , Kuala Kapuas, Kalteng
I. Sarikat Dayak [*1]

Selama masa penjajahan Belanda, aktifitas masyarakat suku Bangsa Dayak sangat tertindas. Pemerintah Belanda cenderung membatasi dan menekan semua aktifitas Suku Dayak dalam segala hal termasuk ide dan pemikiran. Upaya pemerintah Belanda dilakukan dengan mempertahankan peraturan Kolonial yang melarang semua kegiatan yang berbentuk politik. Ditengah larangan tersebut, para pemimpin lokal masyarakat Suku Dayak di Kalimantan (Kalimantan Tengah [*2]), mampu membentuk wadah persatuan berupa sebuah Organisasi. Para pemimpin organisasi adalah para pegawai Belanda, yang memiliki kesadaran untuk mengangkat derajat sukunya ke dalam tingkat yang lebih baik. Pada waktu itu ada larangan para pegawai pemerintah masuk ke dalam Organisasi Politik. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, maka organisasi yang didirikan adalah organisasi non Politik. (Sejarah Kota Waringin Barat, 2001 , Halaman 37-38)

Makna Ukiran pada Perisai Dayak Iban

Perisai Dayak Iban
Alkisah pada jaman dulu terdapat legenda Pengayau orang Iban, yakni Langindang dan Langkacang. Pada saat pertempuran sengit berlangsung , tubuh Langindang tiba-tiba bergidik melihat perisai Langkacang. Tubuhnya menjadi lemas . Ia pun ketakutan luar biasa karena perisai Langkacang yg bermotif Iban Laki-Laki. Lain dengan Langkacang, Ia tiba-tiba iba dengan Langindang ketika menatap perisai yang digunakan Langindang. Perisai Langindang yang bermotif Iban perempuan , malah menyurutkan semangat tempurnya, karena kasihan dengan musuh.
Legenda orang Dayak Iban tentang pertempuran Langindang dan Langkacang, menggambarkan keyakinan suku Dayak Iban pada motif-motif yang dilukis diatas perisai. Masing-masing motif disimbolkan sebagai Gergasi (mahluk supranatural). Bagi Dayak Iban, perisai untuk berperang mempunyai dua macam jenis ukiran, yakni Laki-laki dan Perempuan.

Rabu, 12 Maret 2014

Housmann Baboe (Hausmann Baboe) Tokoh Pergerakan Suku Bangsa Dayak dan Tokoh Pers Kalimantan

Housman Baboe dan Arnold Baboe
Housmann Baboe (ada yang menulis Hausman Baboe dan Hausmann Baboe), lahir di desa Hampatong , Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah) tahun 1880 (1881 ,menurut TT Suan). Ayahnya bernama Joesoea Baboe dan Ibu bernama Soemboel (anak dari Patih Andoeng). Hausman Baboe merupakan cucu dari Tamanggung Ambo Nikodemus. ( Tamanggung Ambo Nikodemus di ceritakan MTH Perelaer dalam bukunya Borneo van Zuir Naar Noord/Borneo from South to North. Dan dalam Buku yang ditulis oleh Marko Mahin dengan judul Temanggung Ambo Nikodemos Jaya Negara). Housmann Baboe merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara yaitu : Demen Baboe, Arnold Baboe, Martina Baboe, Enoes Baboe, Efrain Baboe, Housmann Baboe, Yohan Baboe, Raginae Baboe dan Magdalena Baboe [*1]. Housmann Baboe termasuk orang yang beruntung karena dapat mengenyam pendidikan pada masa itu. Sekolah yang dimasukinya adalah sekolah Zending yang berada di Hampatong, Kuala Kapuas.

Senin, 10 Maret 2014

Pang Suma. Cerita Pejuang Dayak dari Kalimantan Barat. (Perang Majang Desa)


Pang Suma (Panglima Menera) adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara. Terlahir dengan nama Bendera bin Dulung atau ada juga yang memanggilnya Menera, adalah tokoh pejuang dari suku Dayak yang tinggal di Dusun Nek Bindang di tepian Sungai Kapuas Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Nama Pang Suma sendiri memiliki arti Bapak Suma. Panggilan dengan menggunakan Pang merupakan satu kebiasaan penduduk setempat memanggil nama orang tua dengan menyebut nama anaknya yang paling besar. Agar lebih sopan dan hormat dari pada menyebut nama langsung orang tersebut.
Konon Pang Suma berjuang dalam membebaskan negerinya dari penjajah hanya dengan berbekal keberanian dan sebilah Nyabur (sejenis mandau/parang panjang). Sebelum memulai perlawanan Pang Suma sudah menyebar “mangkok merah” sebagai tanda adanya ancaman terhadap orang dayak. Tetapi karena pada masa itu sulit komunikasi dan transportasi sehingga “berita” mangkok merah diterima terlambat oleh beberapa suku Dayak. Pang Suma sendiri berhasil mengumpulkan laskar perlawanan yang dinamakan Angkatan Perang Majang Desa

Sabtu, 08 Maret 2014

Panglima Burung Suku Bangsa Dayak, berdasarkan Catatan Sejarah . (Menjawab pertanyaan. Apakah Panglima Burung itu ada ?)

Panglima Burung adalah sosok terkenal, namanya sering muncul dan disebut-sebut jika Suku Bangsa Dayak mengalami sesuatu peristiwa. Selama saya menjadi Admin akun twitter @PakatDayak, banyak mendapat pertanyaan tentang Panglima Burung. 
1. Min tolong dong cerita tentang Panglima Burung.
2. Bro Panglima Burung itu benar ada atau hanya mitos?
3. Sob, tahu Panglima Burung, ceritakan please?
Dan masih banyak pertanyaan sejenis. Pada saat itu saya tidak mau menjawab pertanyaan dari rekan-rekan semua, karena ada beberapa hal yang memang menjadi pantangan keluarga, untuk menceritakan secara detail wujud "Panglima Burung". Oleh karena itu, tulisan saya ini hanya membahas sejarah Panglima Burung berdasarkan literatur sejarah, dimana ada tertulis nama Panglima Burung.