Sabtu, 22 Maret 2014

FRANS CONNRAD PALAUNSOEKA , Tokoh Pendiri Partai Persatuan Dayak dan Harian Kompas


FRANS. CONNRAD PALAUNSOEKA Lahir di desa Malapi, Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat tanggal 19 Mei 1923, dari pasangan Daun Ma’ Neiding dan Rengen Soeka. Panggilan sehari-harinya adalah Palaun, sedangkan Soeka merupakan marga dari ibunya yang merupakan Samagat (Bangsawan dalam suku Dayak Taman).

Palaun merupakan cucu seorang Pendiri Rumah Betang Malapi I Kapuas Hulu dan Pejuang HAM bernama BALE POLOKAYU (ayah dari Daun) yang sudah diakui oleh Pemerintah pada zaman ORBA, yaitu memperjuangkan adat istiadat Gawai Mamandung, di mana pada zaman dahulu orang melakukan Gawai dengan mempersembahkan salah satu pelayan atau pembantunya untuk dibunuh dengan cara di tombak di dalam kerangkeng kayu yang disebut pandung, dengan maksud untuk dipersembahkan kepada leluhur. Selain itu jika para bangsawan dari Suku Daya’ Taman meninggal, salah satu dari pelayan bangsawan itu harus dibunuh dengan maksud untuk menemani si Bangsawan yang meninggal tersebut. Tradisi inilah yang diperjuangkan dan diubah oleh BALE POLOKAYU, beliau menggantikan manusia yang di kurbankan dengan Kerbau/Sapi.
Seperti kakeknya Bale Polokayu, FC. Palaunsoeka memang terlahir sebagai Pemimpin dan Tokoh. Palaun merupakan seorang Tokoh Dayak dan Tokoh Katolik Nasional yang taat sampai akhir hayatnya dan mempunyai sifat yang sangat perduli terhadap orang banyak. Dan juga sebagai pemimpin partai besar dan organisasi besar.

Kamis, 20 Maret 2014

Partai Persatuan Daya[k] (PD). Partai Politik Pertama Suku Bangsa Dayak di Kalimantan

Kongres Sintang Mei 1958
I. Dayak In Action (DIA)
Semangat untuk bersatu masyarakat Suku Bangsa Dayak dalam sebuah organisasi selain di Kalimantan Selatan ( Kalimantan Tengah dan Selatan sekarang - Baca Pakat Dayak) , mulai nampak di Kalimantan Barat. Cikal Bakal Pendirian Partai Persatuan Daya[k] adalah dari satu sekolah seminari di Kelurahan Nyarumkop, Singkawang Kalimantan Barat. Sekolah Seminari itu bernama Seminari Santo Petrus. Tokoh-tokoh Pendiri Partai Persatuan Daya[k]  banyak yang berasal dari sekolah Seminari Santo Petrus [*1].
Pendidikan yang diberikan kepada suku Dayak menghasilkan kesadaran bahwa harkat dan martabat Suku Bangsa Dayak dapat terangkat jika kesatuan dari Sub-sub suku Dayak Dapat terwujud. Pada tahun 1942 [*2], diadakan retreat guru-guru dayak di Sanggau. Dalam pertemuan ini muncul pemikiran untuk memajukan orang Dayak supaya tidak selalu terbelakang. Beberapa literatur menyebutkan kesadaran ini timbul setelah surat yang di kirim oleh Oevaang Oeray kepada seluruh guru sekolah Katholik yang ada di Kalimantan Barat, untuk perduli kepada keadaan sosial masyarakat Dayak.

Selasa, 18 Maret 2014

Buku Novel "Ngayau" : Misteri Manusia Berkepala Merah (Teu Fung Theu)


Judul : NGAYAU , Misteri Manusia Kepala Merah (Teu Fung Theu)
Penulis : R. Masri Sareb Putra dan M.S. Gumelar
Penerbit : Entertainment Essence Center
Tahun Terbit : 2014
Halaman : 377






Jumat, 14 Maret 2014

GRRI (Gerakan Revolusi Rakyat Indonesia) dan Perang Danau Mare di Katingan , Kalimantan Tengah

Danau Mare
Masa revolusi fisik mempertahankan Kemerdekaan, banyak terjadi pertempuran yang dilakukan oleh pejuang-pejuang dari Kalimantan, salah satunya Perang Danau Mare (Tumbang Samba, Katingan - Kalimantan Tengah ). Dalam pertempuran Danau Mare ini banyak pejuang yang ikut bertempur, berhasil mengusir dan menewaskan Prajurit Belanda. Tetapi ironisnya, masyarakat banyak yang tidak tahu peristiwa bersejarah ini. Dengan tulisan ini diharapkan agar peristiwa heroik yang terjadi di Danau Mare -Katingan, Kalimantan Tengah dapat diketahui secara luas.
Perjuangan GRRI dalam Perang Danau Mare dapat dibagi dalam beberapa tahap peristiwa.

I. Laskar pejuang Dayak Besar
Pada masa penjajahan Belanda ditengah penderitaan Rakyat , muncul pemuda Pelapor dari FUSU TJO GAKKO yang bernama Pieter K. Sawong bersama Ibong Bangas dari Taman Siswa. yang mendapat mandat untuk mendirikan GP3 (Gerakan Pelopor Penegak Proklamasi). Untuk menindak lanjuti mandat itu pada tanggal 12 Desember 1945 diadakan pertemuan yang bertempat di rumah J.M. Nahan. Pertemuan ini dihadiri oleh Pieter K. Sawong, Sikur Patus, Timmerman Brahim dan J.M. Nahan. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan membentuk GP3 di daerah Dayak Besar dan segera melakukan perekrutan para pemuda. Tindakan ini direspon positif oleh para pemuda : M. Yunus, Atak Dillah, Amat Benyamin Amei, Batara Linggar, Ady Suryadi, Christoffel Binti dan JP. Ngampun.

Kamis, 13 Maret 2014

Pakat Dayak (Sarikat Dayak). Organisasi pertama Suku Bangsa Dayak di Kalimantan

Gereja Hampatong , Kuala Kapuas, Kalteng
I. Sarikat Dayak [*1]

Selama masa penjajahan Belanda, aktifitas masyarakat suku Bangsa Dayak sangat tertindas. Pemerintah Belanda cenderung membatasi dan menekan semua aktifitas Suku Dayak dalam segala hal termasuk ide dan pemikiran. Upaya pemerintah Belanda dilakukan dengan mempertahankan peraturan Kolonial yang melarang semua kegiatan yang berbentuk politik. Ditengah larangan tersebut, para pemimpin lokal masyarakat Suku Dayak di Kalimantan (Kalimantan Tengah [*2]), mampu membentuk wadah persatuan berupa sebuah Organisasi. Para pemimpin organisasi adalah para pegawai Belanda, yang memiliki kesadaran untuk mengangkat derajat sukunya ke dalam tingkat yang lebih baik. Pada waktu itu ada larangan para pegawai pemerintah masuk ke dalam Organisasi Politik. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, maka organisasi yang didirikan adalah organisasi non Politik. (Sejarah Kota Waringin Barat, 2001 , Halaman 37-38)

Makna Ukiran pada Perisai Dayak Iban

Perisai Dayak Iban
Alkisah pada jaman dulu terdapat legenda Pengayau orang Iban, yakni Langindang dan Langkacang. Pada saat pertempuran sengit berlangsung , tubuh Langindang tiba-tiba bergidik melihat perisai Langkacang. Tubuhnya menjadi lemas . Ia pun ketakutan luar biasa karena perisai Langkacang yg bermotif Iban Laki-Laki. Lain dengan Langkacang, Ia tiba-tiba iba dengan Langindang ketika menatap perisai yang digunakan Langindang. Perisai Langindang yang bermotif Iban perempuan , malah menyurutkan semangat tempurnya, karena kasihan dengan musuh.
Legenda orang Dayak Iban tentang pertempuran Langindang dan Langkacang, menggambarkan keyakinan suku Dayak Iban pada motif-motif yang dilukis diatas perisai. Masing-masing motif disimbolkan sebagai Gergasi (mahluk supranatural). Bagi Dayak Iban, perisai untuk berperang mempunyai dua macam jenis ukiran, yakni Laki-laki dan Perempuan.

Rabu, 12 Maret 2014

Housmann Baboe (Hausmann Baboe) Tokoh Pergerakan Suku Bangsa Dayak dan Tokoh Pers Kalimantan

Housman Baboe dan Arnold Baboe
Housmann Baboe (ada yang menulis Hausman Baboe dan Hausmann Baboe), lahir di desa Hampatong , Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah) tahun 1880 (1881 ,menurut TT Suan). Ayahnya bernama Joesoea Baboe dan Ibu bernama Soemboel (anak dari Patih Andoeng). Hausman Baboe merupakan cucu dari Tamanggung Ambo Nikodemus. ( Tamanggung Ambo Nikodemus di ceritakan MTH Perelaer dalam bukunya Borneo van Zuir Naar Noord/Borneo from South to North. Dan dalam Buku yang ditulis oleh Marko Mahin dengan judul Temanggung Ambo Nikodemos Jaya Negara). Housmann Baboe merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara yaitu : Demen Baboe, Arnold Baboe, Martina Baboe, Enoes Baboe, Efrain Baboe, Housmann Baboe, Yohan Baboe, Raginae Baboe dan Magdalena Baboe [*1]. Housmann Baboe termasuk orang yang beruntung karena dapat mengenyam pendidikan pada masa itu. Sekolah yang dimasukinya adalah sekolah Zending yang berada di Hampatong, Kuala Kapuas.

Senin, 10 Maret 2014

Pang Suma. Cerita Pejuang Dayak dari Kalimantan Barat. (Perang Majang Desa)


Pang Suma (Panglima Menera) adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara. Terlahir dengan nama Bendera bin Dulung atau ada juga yang memanggilnya Menera, adalah tokoh pejuang dari suku Dayak yang tinggal di Dusun Nek Bindang di tepian Sungai Kapuas Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Nama Pang Suma sendiri memiliki arti Bapak Suma. Panggilan dengan menggunakan Pang merupakan satu kebiasaan penduduk setempat memanggil nama orang tua dengan menyebut nama anaknya yang paling besar. Agar lebih sopan dan hormat dari pada menyebut nama langsung orang tersebut.
Konon Pang Suma berjuang dalam membebaskan negerinya dari penjajah hanya dengan berbekal keberanian dan sebilah Nyabur (sejenis mandau/parang panjang). Sebelum memulai perlawanan Pang Suma sudah menyebar “mangkok merah” sebagai tanda adanya ancaman terhadap orang dayak. Tetapi karena pada masa itu sulit komunikasi dan transportasi sehingga “berita” mangkok merah diterima terlambat oleh beberapa suku Dayak. Pang Suma sendiri berhasil mengumpulkan laskar perlawanan yang dinamakan Angkatan Perang Majang Desa

Sabtu, 08 Maret 2014

Panglima Burung Suku Bangsa Dayak, berdasarkan Catatan Sejarah . (Menjawab pertanyaan. Apakah Panglima Burung itu ada ?)

Panglima Burung adalah sosok terkenal, namanya sering muncul dan disebut-sebut jika Suku Bangsa Dayak mengalami sesuatu peristiwa. Selama saya menjadi Admin akun twitter @PakatDayak, banyak mendapat pertanyaan tentang Panglima Burung. 
1. Min tolong dong cerita tentang Panglima Burung.
2. Bro Panglima Burung itu benar ada atau hanya mitos?
3. Sob, tahu Panglima Burung, ceritakan please?
Dan masih banyak pertanyaan sejenis. Pada saat itu saya tidak mau menjawab pertanyaan dari rekan-rekan semua, karena ada beberapa hal yang memang menjadi pantangan keluarga, untuk menceritakan secara detail wujud "Panglima Burung". Oleh karena itu, tulisan saya ini hanya membahas sejarah Panglima Burung berdasarkan literatur sejarah, dimana ada tertulis nama Panglima Burung.

Rabu, 05 Maret 2014

Gambar Motif-motif Tato Dayak Bagian III (Oleh A.W. Nieuwenhuis-1898,C. Hose and W. McDougall-1912, C. Lumholtz-1920)


[A]. C. Lumholtz - 1920

Gambar 1
Motif (a,b,c-Dayak Bukit), (d-Dayak Saputan) ,(e-Dayak Kayan Long Glat) ,(f,g- Dayak Penihing) yang lain adalah motif "Durian"
(A) Motif Durian matang, desain di bahu 
(B,C, D) Motif Durian muda, desain dada , dibawah puting.
(E) biasanya pada lengan atas (di depan) mewakili 14 durian.(?)
(F) Tato diatas kuku tangan wanita Dayak Penihing. Perbatasan di atasnya mewakili tonjolan buah. 
(G) Tato pada Kaki wanita Dayak Penihing
(H) Motif bulatan yang biasa dijumpai pada Dayak Ngaju, Dayak Ot-Danum dan Dayak disekitarnya.

Keterangan Figur Gambar laki-laki :
Sosok pria berasal dari Dayak Ngaju di Sungai Katingan (Tetua di Tewang Rongkang). 
1.Tato pada lutut. Ini menggambarkan ikan dari zaman kuno. 
2.Tato pada  paha adalah representasi dari anjing atau naga dengan kepala anjing.
3. Desain Tato pada bagian tengah tubuh merupakan pohon, batang yang naik dari pusar;
4. Dua desain oval besar membentang di dada, menggambarkan sayap unggas. 
5. Pohon yang disebut Garing, adalah salah satu yang luar biasa, yang tidak bisa mati (Pohon Kehidupan).
6. Di bawah lengan dan di atas bahu adalah desain yang sama mewakili daun telapak pinang. 
7. Perbatasan di sekitar pergelangan tangan merupakan representasi dari burung yang disebut Susulit. 
8. Tanda Silang di tangan mewakili paruh burung Enggang/Rangkong, 
9. Tanda yang mirip bintang adalah mata Enggang/Rangkong.

Selasa, 04 Maret 2014

Gambar Motif-motif Tato Dayak bagian II (Oleh C. Hose dan W. McDougall 1912)

Gambar 1
1. Dayak Kayan, motif Udoh Asu (Anjing) . Letak di paha Laki-laki
2. Dayak Kayan - Uma Balubo Kayan, Motif Anjing.
3. Dayak Iban, Motif Kelingai Kala (Kalajengking).Letak Paha,Lengan dan Dada , untuk laki-laki
4. Dayak Kenyah ,motif Anjing . Di copi dari Motif Kayan.
5. Dayak Kayan , motif Anjing.
6. Dayak Kayan motif Anjing.
7. Dayak kayan motif Anjing kembar. untuk di Paha bagian Luar Laki-laki
8. Dayak Kayan motif Tuang Nganak. Untuk Paha Laki-laki A = pup.
9. Dayak Kenyah motif Lipan Katip (Jepit Lipan ). Untuk Dada dan Bahu Laki-laki  
10. Dayak Kenyah motif Toyu (Kepiting). A = Ba (Mulut) , B = Katip (Jepitan) C = Ikong.







Senin, 03 Maret 2014

Gambar Motif-motif Tato Dayak bagian I ( oleh H. Ling Roth ,1896)

H. Ling Roth, p. 84
Alat Pembuat Tato Keterangan gambar : 
1. Pembuat tato Dayak Kayan, dari duri (jeruk?) 
2. Kotak Tato Kayan untuk wanita, motif Bunga Nulang 
3. Pemukul (tukul kayu untuk memukul) 
4. Tempat cat tato 
5. Jarum pembuat tato (dari besi/kuningan) 
6. Piring bubuk pewarna dari bambu

Minggu, 02 Maret 2014

Asal mula Adat , cerita dari Hulu Aik - Kalimantan Barat

Jaman dahulu kala , hiduplah dua saudara kandung yang berlainan jenis bernama Kranamuna ( Versi Lain : Bintan Putin) dan Kranamuning ((Bintan Cuka). Berasal dari melihat dua ekor kutu yang berdekapan di atas kepala Kranamuna , lalu Kranamuning mengajak Kranamuna untuk mengikuti perbuatan kutu tersebut. Hingga akhirnya menyebabkan Kranamuning hamil . (Pada saat itu belum ada hukum adat yang mengatur baik buruknya perilaku seseorang)
Meskipun Kranamuning mengandung selama tujuh tahun,tujuh bulan dan tujuh hari, namun tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan melahirkan, yang ia rasakan adalah keinginan (mengidam) memakan Hati Kera Putih. Untuk memenuhi keinginan Kranamuning , maka berangkatlah Kranamuna pergi berburu untuk mencari Kera Putih, dengan membawa sebilah mandau dan Sumpit. Ketika sampai di hutan , Kranamuna melihat seekor Kera Putih, dan iapun segera mengarahkan sumpitnya.  Namun tiba-tiba Kera Putih itu berkata "Dengan ini saya umumkan kepada seluruh binatang untuk berkumpul di tempat ini dua hari lagi. Pada hari itu akan ada wejangan penting yang akan saya berikan, dan pada hari itu pula saya akan mati". Seusai berkata demikian tiba-tiba sang Kera Putih itu menghilang.

Jumat, 28 Februari 2014

Dayak JANGAN Golput pada PEMILU 2014 !!! (Juga Banjar dan suku asal Kalimantan Lainnya)

Dalam literatur yang terakses, kata ”Dayak” pertama kali muncul pada tahun 1757 dalam tulisan J. A. van Hohendorff yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing” yang dipakai untuk menyebut “orang-orang liar di pegunungan” (1862: 188). Tampaknya, kata ini dipungutnya begitu saja dari cara orang-orang Melayu pantai menyebut orang pedalaman. J. A. Crawfurd dalam bukunya yang berjudul “A Decriptive Dictionary of The Iemndian Islands and Adjacent Cauntries”(1856: 127) menyatakan bahwa istilah “Dyak” digunakan oleh orang-orang Melayu untuk menunjukan “ras liar” yang tinggal di Sumatra, Sulawesi dan terutama di Kalimantan. (Marko Mahin , 2014).

Kemudian kata "Dayak" mulai dipakai sebagai identitas diri gabungan suku-suku Bangsa asli Kalimantan yang serumpun.

Menurut survei penduduk 2010 , warga negara Indonesia yang mengaku dirinya Dayak sebanyak 3.009.494 jiwa (1,27% peringkat 17 dari 30 Suku). Sedangkan suku Banjar 4.127.124 (1,74% - 13 dari 30) dan suku asal Kalimantan lainnya 1.968.620 (0,83% - 22 dari 30).
Sumber : BPS
Bandingkan dengan suku Jawa 94,2 juta atau 40,2 % dari penduduk Indonesia yang berjumlah 236.728.379 Jiwa.

Dayak Sikukng (Sungkung-Bengkayang, Kalimantan Barat), Pahlawan yang terlupakan Republik Ini. (Cerita Jaman PGRS-PARAKU)



Dayak Sikukng adalah masyarakat Dayak yang mendiami tujuh kampung di sekitar Gunung Sunjang yakni Batu Ampar, Kadok, Medeng, Senoleng , Senebeh, Akit dan Lu. Oleh Pemerintah tujuh kampung ini dijadikan satu desa yang masuk dalam Kecamatan Jagoi Babang , Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.
Dayak Sikukng yang biasa orang luar menyebutnya Dayak Sungkung, diberikan pada jaman penumpasan PGRS-PARAKU tahun 1965-1970an (menurut sumber lokal tentara-tentara yang memberi nama Sungkung). Padahal Masyarakat Dayak Sikukng tidak mau disebut Sungkung. Karena menurut mereka Sikukng adalah sebuah nama yang mempunyai arti sakral peninggalan nenek moyang mereka , yang berarti terakhir atau terjauh.
Oleh orang luar Dayak Sikukng terkenal pengayau, pemenggal kepala orang yang sadis. Membuat penduduk kampung sekitar Dayak Sikukng , takut dengan orang Sikukng. Padahal menurut tetua adat Sikukng , Magang , "Kami bukan pengayau seperti yang diceritakan orang-orang. Kami hanya mengayau untuk kebutuhan upacara Adat "Nyobekng". "Itu pun hanya berlangsung lima tahun sekali", lanjutnya.

Ritual "Babuar Ka Padapuratn" Dayak Kanayatn Kalimantan Barat



Upacara adat "Babuar Ka' Padapuratn" diikuti oleh Kampung-kampung di wilayah empat Binua ,yaitu Binua Lumut Ulu, Binua Sallo Batangan, Binua Sailo Salaass dan Binua Karangan di Kalimantan Barat.Kegiatan ini bertujuan untuk mengusir penyakit Padi , agar dalam kegiatan perladangan mendapat hasil panen yang berlimpah.
Kegiatan "Babuar Ka' Padapuratn" biasa diawali dengan mengarak sekapur sirih di sekitar kampung-kampung. Beberapa perahu kecil dan besar disiapkan untuk membawa pesembahan berupa buah-buahan hasil kebun, hasil pertanian ladang dan sawah.

Cerita Sejarah Adat "Babuar Ka' Padapuratn"
Pada jaman dahulu Kala Ne' Ramaga , seorang pemimpin yang hidup di daerah Bangkule Rajakng (Kampung Pakana sekarang) di tepi sungai Kariwatn (sungai Mempawah) , menerima wahyu dari Nek Panitah untuk mererima aturan hidup yang dinamakan "Adat Lima". Dalam mimpinya Ne' Ramaga diperintahkan untuk mengundang tiga saudaranya yang memimpin wilayahnya, yaitu Nek Matas (pemimpin wilayah di sepanjang sungai Kariwatn) , Nek Teguh atau Pak Usutn (pemimpin wilayah sungai Sambas) dan Nek Ria Sinir (pemimpin wilayah sungai Banyuke atau Landak).

Mendiskusikan kembali Sejarah Rakyat Dayak

Oleh Rony Teguh
Membaca kembali tulisan Bapak TT Suan di Kalteng Pos yang berjudul "Kilas Sejarah Perjuangan Rakyat Kalteng" memberikan pengalaman sejarah masa lalu yang sangat berharga bagi generasi muda yang ada di Kalimantan Tengah. Terlebih lagi penjelasan beliau lebih pada fase-fase perjuangan dari awal dan menuju kemerdekaan Indonesia. Sebagai pembaca saya sangat kagum sekaligus tergelitik dengan narasi-narasi yang diceritakan oleh Bapak TT Suan dari cara memandang, menulis serta menceritakan kembali masa lalu rakyat kita.
Jika merefleksikan kembali sejarah rakyat dan perjuangannya, tidak terlepas dari sudut pandang metodologi yaitu "sejarah rakyat". Akan tetapi sejarah rakyat yang ditulis kembali oleh Bapak TT Suan hanya memiliki makna bertempur dengan Belanda. Setiap fase sejarah yang ada di Kalteng ditulis dengan logika angkat senjata dan logika perlawanan Belanda tanpa akhir sampai tetes darah penghabisan.
Pada akhirnya berujung kepada pengkultusan pahlawan-pahlawan, sedangkan bagi mereka yang bergaul dengan Belanda dianggap sebagai penghianat dan disingkirkan sejarah. Pengkultusan pahlawan yang melawan Belanda jika dengan jujur kita nilai merupakan mereka pada awalnya adalah menjadi penindas-penindas sebelumnya di mana kehilangan akses politik dan akses pemasukan berupa ekonomi. Sebuah pertanyaan besar dalam pikiran saya, siapa itu pahlawan ?. Apapun bentuknya, sangat mustahil, yang diceritakan keberhasilan mereka. Sedangkan rakyat adalah subyek-subyek penderita dari kisah-kisah tersebut.

Sejarah Perjanjian Tumbang Anoi tahun 1894


Untuk mempersatukan wilayah Borneo, maka pada tahun 1894, atas prakarsa Damang Batu, dari desa Tumbang Anoi di Kalimantan Tengah mengumpulkan semua orang yang memiliki gelar tamanggung, damang, dambung, dohong..se-Borneo, dalam perjanjian Tumbang Anoi.Perjanjian Tumbang Anoi sendiri dimulai dengan pertemuan pendahulu yang disebut dengan Pertemuan Kuala Kapuas, pada tanggal 14 Juni 1893. Dalam pertemuan tersebut membahas beberapa hal sebagai persiapan untuk melakukan pertemuan yang lebih besar, diantaranya adalah :
1.      Memilih siapa yang berani dan sanggup menjadi ketua dan sekaligus sebagai tuan rumah untuk menghentikan 3 H (Hakayau=Saling mengayau, Hopunu=saling membunuh, dan Hatetek=Saling memotong kepala musuhnya).
2.      Merencanakan di mana tempat perdamaian itu.
3.      Kapan pelaksanaan perdamaian itu.
4.      Berapa lama sidang damai itu bisa dilaksanakan.

Kamis, 27 Februari 2014

George Obus (G. Obus/Obos ) dari wakil Pemuda Dayak di Sumpah Pemuda , Perwira Intelejen TNI AL hingga Pembentukan Provinsi Kalteng

Sumber dari Group Folks of Dayak

I. Pendahuluan
George Obus (menurut Buku Sejarah Palangkaraya, Penulisan dan pelafalan nama yg benar berdasarkan sumber pustaka adalah George Obus) lahir Hari Rabu , tanggal 24 Desember 1902. Merupakan Putra dari Heine Umar . Lahir di daerah sungai Katingan yg di sebut dlm bahasa Dayak Kuno "Tewang Sangalang Garing" .
Pada tahun 1926 G. Obus lulus dari Zeevaart School (Sekolah Pelayaran) di Surabaya. Dan juga menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Tinggi Bahasa Jepang (Koto Nipponggo Gakko) di Surabaya. Pada masa itu mulai timbul pergerakan kebangkitan Asia dgn munculnya kesadaran untuk berorganisasi.

Nyai Balau, pendekar wanita dari Tewah

Desa Tewah termasuk desa yang cukup besar dan banyak penduduknya, serta aman tenteram dan makmur pada seratus tahun yang lalu. Masa itu hiduplah dua orang wanita kakak beradik bernama Balau dan Tajuh, sebagai anak dari  Nyahu dan isterinya Manyang.  Mereka berdua telah bersuami.  Balau dengan Laut sedangkan Tajuh dengan Mecen. Balau seorang perempuan yang berjiwa besar, bijaksana,tajam pemikirannya,  panjang akal dan tanggap dalam  mengatasi  berbagai kesulitan  maupun  bahaya yang  dihadapi  masyarakat sedesanya.