Sabtu, 08 Maret 2014

Panglima Burung Suku Bangsa Dayak, berdasarkan Catatan Sejarah . (Menjawab pertanyaan. Apakah Panglima Burung itu ada ?)

Panglima Burung adalah sosok terkenal, namanya sering muncul dan disebut-sebut jika Suku Bangsa Dayak mengalami sesuatu peristiwa. Selama saya menjadi Admin akun twitter @PakatDayak, banyak mendapat pertanyaan tentang Panglima Burung. 
1. Min tolong dong cerita tentang Panglima Burung.
2. Bro Panglima Burung itu benar ada atau hanya mitos?
3. Sob, tahu Panglima Burung, ceritakan please?
Dan masih banyak pertanyaan sejenis. Pada saat itu saya tidak mau menjawab pertanyaan dari rekan-rekan semua, karena ada beberapa hal yang memang menjadi pantangan keluarga, untuk menceritakan secara detail wujud "Panglima Burung". Oleh karena itu, tulisan saya ini hanya membahas sejarah Panglima Burung berdasarkan literatur sejarah, dimana ada tertulis nama Panglima Burung.

A. Literatur Dari Kalimantan Barat 
Sangat banyak literatur-literatur sejarah yang memuat nama Panglima Burung, saya ambil beberapa tulisan. Berdasarkan literatur-literatur tersebut nama asli dari Panglima Burung adalah Burung Mansau

1. Buku Tanah Mandor bersimbah darah , Karangan : Syafaruddin Usman








2. Berita Panglima Burung masuk ke Pontianak untuk mendesak agar segera diangkat Sultan Pontianak untuk menghindari kekosongan kekuasaan.


Ada lagi sumber lain yang menyebutkan bahwa Panglima Burung menyerbu Pontianak, adalah untuk membalas dendam kepada Jepang atas kematian Pang Suma (tentang Pang Suma akan saya tuliskan selanjutnya ). Baca Pang Suma. Cerita kepahlawanan Dayak dari Kalimantan Barat. - Klik

3. Dari Buku Sultan Hamid II , Sang Perancang Lambang Negara 'Elang Rajawali - Garuda Pancasila'
Pada bagian : Surat Sultan Hamid II kepada Solichim Salam , Penjelasan tentang Sejarah Lambang Negara RIS 11 Februari 1950 (Surat secara lengkap baca disini : Surat Sultan Hamid II kepada Solichim Salam Penjelasan tentang Sejarah Lambang Negara RIS 11 Februari 1950)



4. Pontianak Post , berita kematian Panglima Burung .




Jika ada yang ingin membuktikan kebenaran tulisan diatas silahkan :
1. Datang ke Kodam XII Tanjung Pura. Nama Panglima Burung terdaftar di  Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), karena jasa-jasanya dalam perjuangannya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pangkat terakhir adalah Letnan Tituler. Sewaktu Panglima Burung meninggal, berdasarkan info yang saya terima, Kodam XII Tanjung Pura hendak memakamkan Beliau di TMP Sanggau. Tapi ditolak oleh pihak keluarga , karena amanah Beliau yang hendak dimakamkan di tanah kelahirannya Meliau.
2. Datang ke Kecamatan Meliau , Kabupaten Sanggau - Kalimantan Barat . Dan tanya disitu tentang Panglima Burung. Maka akan ditunjukan makam beliau. Jika ada yang masih ingin bertanya sejarah Panglima Burung, bisa mencoba mendatangi rumah beliau dan mengunjungi Istri dari Panglima Burung (sampai tulisan ini dibuat Istri Panglima Burung masih hidup). Jika penasaran hendak "mencoba" lebih jauh, tanyakan kepada keponakan Panglima Burung yang dititipi "warisan" oleh Panglima Burung.

Sebagai catatan Panglima Burung Berasal dari Dayak Majang (Dayak Iban di Kapuas Hulu - Kalimantan Barat) , dan Istri Beliau Dayak Desa Meliau (Kalimantan Barat). Dari saksi yang pernah bertemu dengan Panglima Burung (Burung Mansau) didapat info tinggi badan Panglima Burung sekitar 160cm dan kulit beliau bersih.




B. Literatur dari Kalimantan Tengah


Dari tulisan Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos. Nama asli Panglima Burung dari Kalimantan Tengah adalah Bulan Jihad.

1. Tabloid Bebas, No. 092, 7-13 Maret 2001, hlm 5.




Kiyai Haji M. Juhran  Erpan Ali, Ketua Pondok Pesantren Ushuluddin, Martapura, berkata: “Panglima Burung seorang wanita berparas cantik namun berwatak bengis. Selain itu ia juga bergelar hajjah”. Kiyai Haji M. Juhran Erpan Ali (56) juga mengatakan, “Keberadaannya memang nyata, berwujud seorang wanita berparas cantik namun berwatak bengis. Panglima Burung sudah ada jauh sebelum Indonesia terbentuk”. (Tabloid Bebas, No. 092, 7-13 Maret 2001, hlm 5.)







2. Dalam judul  : “Bulan Jihad itu Panglima Burung?”
Anggraeni Antemas mengabarkan: “Pada 52 tahun yang lalu, tepatnya dalam bulan Januari 1949″, dalam kapasitas sebagai wartawan dan kolomnis Harian “WARTA BERITA” Medan, beliau pernah menulis tentang “seorang pejuang wanita suku Dayak di udik Barito yang sakti mandraguna. Konon, dia mengagumkan bukan saja karena keberaniannya menghadapi serdadu Belanda pada awal abad ke-19 tetapi juga wajah dan sosok puteri Dayak tersebut adalah cantik namun beringas”. Sumber dari WA Samat dan Adonis  Samat (Tabloid Bebas, No. 093, 14-20 Maret 2001, hlm  4.)

3. Tabloid Bebas, No. 093, 14-20 Maret 2001, hlm  4-5






Dari literatur diatas bisa diambil kesimpulan :
1. Panglima Burung ada lebih dari satu, karena itu adalah sebuah gelar. Bahkan ada kemungkinan saat ini sudah lahir Panglima-panglima Burung lain.
2. Sumber informasi dari tokoh-tokoh besar, yang namanya sudah tertulis dalam buku-buku sejarah, yaitu Sultan Hamid II dan Tjilik Riwut, sehingga bisa dipertanggung jawabkan.
3. Gelar untuk Panglima Burung tidak memandang Agama. Karena Gelar Panglima Burung diberikan berdasarkan kemampuan untuk melindungi masyarakat (Suku Dayak). 

Pro dan Kontra mungkin akan terjadi jika rekan-rekan membaca tulisan saya ini. Tapi seperti di awal tulisan, bahwa saya hanya menulis jawaban ; Apakah Panglima Burung itu ada? Dan sudah jelas dari pembahasan diatas, berdasarkan catatan sejarah PANGLIMA BURUNG itu ADA.
*Untuk membahas berhubungan dengan hal-hal gaib, saya hanya bisa menjawab "Kian berisi, maka padi akan kian menunduk". Biarlah itu menjadi rahasia kami Suku Bangsa Dayak.



@PakatDayak 8 Maret 2014
Bagi rekan-rekan yang hendak mencopy paste ataupun menulis ulang , saya persilahkan. Tapi mohon dicantumkan sumber Link dari Blog ini..
Sumber sudah dicantumkan di atas.

3 komentar:

  1. Panglima Burung memang sakti

    BalasHapus
  2. Kesaktian Panglima Burung teruji, kunjungan balasan ya ke blog saya www.goocap.com

    BalasHapus
  3. Poin ke 3 dari kesimpulan serasa janggal,.. Gelar tak pandang agama tp gelar diberikan berdasarkan kemampuan utk melindungi masyarakat (Suku Dayak),. Apakah pada wkt itu beliau (Panglima) hanya melindungi satu suku? bukankah gelar itu diberikan oleh seluruh elemen masyarakat lintas suku yg telah beliau (Panglima) lindungi saat itu?

    BalasHapus