Kamis, 13 Maret 2014

Pakat Dayak (Sarikat Dayak). Organisasi pertama Suku Bangsa Dayak di Kalimantan

Gereja Hampatong , Kuala Kapuas, Kalteng
I. Sarikat Dayak [*1]

Selama masa penjajahan Belanda, aktifitas masyarakat suku Bangsa Dayak sangat tertindas. Pemerintah Belanda cenderung membatasi dan menekan semua aktifitas Suku Dayak dalam segala hal termasuk ide dan pemikiran. Upaya pemerintah Belanda dilakukan dengan mempertahankan peraturan Kolonial yang melarang semua kegiatan yang berbentuk politik. Ditengah larangan tersebut, para pemimpin lokal masyarakat Suku Dayak di Kalimantan (Kalimantan Tengah [*2]), mampu membentuk wadah persatuan berupa sebuah Organisasi. Para pemimpin organisasi adalah para pegawai Belanda, yang memiliki kesadaran untuk mengangkat derajat sukunya ke dalam tingkat yang lebih baik. Pada waktu itu ada larangan para pegawai pemerintah masuk ke dalam Organisasi Politik. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, maka organisasi yang didirikan adalah organisasi non Politik. (Sejarah Kota Waringin Barat, 2001 , Halaman 37-38)
Sarikat Dayak [*3] adalah organisasi yang didirikan tanggal 18 Juli 1919 di Gereja Hampatong [*4], Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah (Spener Sandan, in: Barita Bahalap, Nomor 19 Bulan September 1919). Diketuai oleh M. Sahabu , wakil ketua adalah W. Adam , Sekretaris Philips Sinar, Sekretaris II adalah E. Sandan , Bendahara adalah B. Tubil. Sebagai Komisaris adalah Djilan dan PL. Obus. Penasehat adalah S. Sandan.
Organisasi ini didirikan untuk mengembalikan harkat dan martabat rakyat Dayak di Kalimantan Tengah yang telah direndahkan dan diinjak-injak oleh penjajah, serta menanamkan rasa memiliki, memperkuat solidaritas untuk melakukan perjuangan bersama-sama dan tolong menolong memperbaiki nasib serta memperhatikan pendidikan anggotanya. Sarikat Dayak didirikan tanpa memandang aliran keagamaan serta paham politik, tetapi lebih mengutamakan kebersamaan dan persatuan untuk mencapai Kejayaan. Oleh karena Sarikat Dayak tidak mencantumkan gerakannya di bidang pollitik maka Pemerintah Belanda mengijinkan Sarikat Dayak untuk hidup dan melebarkan sayapnya di Kalimantan. Tujuan utama Sarikat Dayak adalah di bidang pendidikan sebab sudah mulai muncul kesadaran bahwa pendidikan adalah salah satu alat untuk mencetak kader-kader penerus dalam memperjuangkan kemerdekaan, selain itu Sarikat Dayak juga fokus di bidang ekonomi. Dengan membangun Koperasi Dayak yang beranggotakan masyarakat Dayak untuk memperbaiki kehidupan ekonominya. Koperasi ini dipimpin oleh Lui Kamis dan M. Lampe. Karena Sarikat Dayak semakin berkembang , maka pemerintah Belanda mulai melakukan cara penggembosan dengan cara memisah pemimpin-pemimpin Sarikat Dayak, memindahkan tempat kerja mereka secara terpisah dan berjauhan. Tindakan Belanda berhasil, karena semenjak 1926 aktifitas organisasi ini mulai berkurang.

II. Pakat Dayak

Dalam perkembangannya, Sarikat Dayak kemudian berubah nama secara resmi menjadi Pakat Dayak (Persatuan Dayak) pada tahun 1926 yang diketuai oleh Housmann Baboe (untuk melihat sejarah Housmann Baboe - Klik). Perubahan dalam struktur organisasi ini menjadi pendorong munculnya nasionalisme bagi suku Dayak, sebab dalam programnya Pakat Dayak lebih mengedepankan program penyadaran diri sebagai Masyarakat yang terjajah.
Dasar dan tujuan Pakat Dayak tercantum dalam anggaran dasar yaitu pasal 2 dan 3 yang isinya sebagai berikut :

Pasal 2
Dasar Pendirian Pakat Dayak
Pakat Dayak didirikan berdasarkan pada persatuan Suku Dayak menjadi golongan yang besar dan teratur atas dasar persamaan hak dan kewajiban.

Pasal 3
Organisasi ini bertujuan untuk :
1. Persamaan harkat dan martabat antar sesama suku, baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi.
2. Mempersatukan seluruh Suku Dayak dalam satu golongan besar
3. Meminta hak-hak sesuai yang diatur dalam hukum negara
4. Mempertahankan dan mempertinggi adat leluhur serta kebudayaan suku Dayak.

Tahun 1929 Pakat Dayak mulai menerbitkan majalah pertama yaitu , “Soeara Pakat”. Kemudian tahun 1930 Pakat Dayak mulai menjalankan misi di bidang pendidikan. Pendidikan menjadi dasar utama bagi terbangunnya masyarakat yang maju, sebab penjajahan terjadi akibat dari kebodohan, dengan membangun sekolah Hollands Dajak School dan Schakel School.
Pada tahun 1934 terjadi Perubahan dalam Organisasi Pakat Dayak dimana organisasi ini memindahkan kantor Pusatnya dari Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah) ke Banjarmasin (Kalimantan Selatan).
Dalam perkembangannya selama satu tahun, Pakat Dayak sudah memiliki cabang-cabang di Kalimantan, yaitu : Dusun Timur, Barito, Kapuas, Kahayan, Samarinda, Pontianak, Katingan, Mentaya, Pangkalanbun, Sebangau, Seruyan dan dua cabang di pulau Jawa. Di bidang pendidikan Pakat Dayak berhasil membangun 9 buah sekolah dan dalam bidang ekonomi berhasil membangun warung-warung kecil untuk membantu masyarakat suku Dayak


III. Pakat Dayak di bawah kepemimpinan Mahir Mahar

Pada tahun 1937, orang-orang dayak yang telah belajar keluar daerah dipimpin oleh Mahir Mahar mengadakan pertemuan di Banjarmasin (Comite Kesedaran Bangsa Dajak). Pertemuan ini membicarakan segala sesuatu mengenai urusan suku dan tanah Dayak. Pertemuan ini membahas tidak adanya perhatian perwakilan Kalimantan di Volksraad (Pejambon) terhadap penduduk suku asli Kalimantan, sehingga keinginan rakyat Dayak tidak di dengar di Volksraad. Sebagai realisasi hasil pertemuan di Banjarmasin, komite ini menuntut adanya Hak bagi orang Dayak untuk duduk dalam sidang dewan rakyat. Komite kesadaran Suku Dayak berhasil meminta menggalang dukungan tanda tangan orang-orang Dayak yang ada di Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
Kemudian tanggal 20 Agustus 1938 terbentuk kepengurusan baru Pakat Dayak dengan ketua Mahir Mahar. Perubahan struktur organisasi dalam tubuh Pakat Dayak juga disertai perubahan misi. Pakat Dayak kini lebih cenderung menjadi organisasi politik, sehingga ketika tim Dewan Rakyat datang ke Banjarmasin yang diwakili R.A.A Soejono tahun 1939, momen ini digunakan oleh pengurus besar Pakat Dayak untuk menyampaikan usul dalam rangka mengumpulkan pendapat rakyat tentang tuntutan Gerakan Politik Indonesia (GAPI), yaitu “Indonesia berparlemen”. Tahun 1938 Pakat Dayak juga berhasil mendirikan organisasi  Kaoem Wanita Dayak yang diketuai Nona Bahara Nyangkal , sedangkan untuk kaum mudanya Pakat Dayak mendirikan Kepandoean Bangsa Dayak[*5].

IV. Penjajahan Jepang

Di masa penjajahan Jepang , Pakat Dayak mengalami kemunduran. Karena Jepang sangat melarang aktifitas yang berhubungan dengan Politik. Beberapa tokoh Pakat Dayak turut ditangkap dan dibunuh oleh Jepang. Pada akhirnya Pakat Dayak hilang di telan oleh waktu. Tapi melalui tulisan ini kita mulai dapat membaca kembali sejarah Suku Bangsa Dayak, yang berjuang dengan organisasi Pakat Dayak. Semoga generasi muda bisa mengetahui sejarah Pakat Dayak.

Tapi perjuangan melalui Organisasi masih berlanjut di Kalimantan. Di Kalimantan Barat timbul gerakan organisasi Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh JC. Oevaang Oeray , F.J. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. yang merupakan cikal bakal dari Partai Persatuan Daya[k] (PD). (Silahkan Klik Partai Persatuan Daya[k])


-Salam
@PakatDayak 12 Maret 2014 #AZE

*Keterangan :
[1] Menurut JJ. Kusni Sulang, Kata Sarekat dipilih Hausman Baboe karena kedekatan beliau dengan salah satu tokoh pergerakkan nasional, HOS Tjokroaminoto. Hausman Baboe juga lanjut Kusni adalah sahabat karib dari Agus Salim dan Ki Hajar Dewantara.
[2] Di masa kekuasaan Belanda, Kalimantan Tengah disebut Afdeling Kapoeas–Barito
[3] Menurut Marko Mahin , disebut juga Pakat Dayak karena dimuat dalam surat kabar Zendeling dalam bahasa Dayak Ngaju. Bisa disebut Sarikat Dayak jika diterjemahkan dalam bahasa Melayu. (Marko Mahin , 2006. Housmann Baboe : Tokoh pergerakan bangsa dayak yang terlupakan. Halaman : 41)
[4] Wawancara dengan Bapak Yoses , salah satu pengurus Gereja Hampatong pada tanggal 15 Maret 2007 (Tokoh-tokoh pejuang Kalimantan Tengah : Peran dan Pemikirannya , 2007. Halaman : 20)
[5] Beberapa daftar organisasi yang memakai nama Dayak :
1. Pakat Dayak atau Sarekat Dayak, berdiri tahun 1919 oleh Hausmann Baboe
2. Koperasi Dayak, berdiri tahun 1920 oleh Lui Kamis
3. Hollandsch Dayaksche School, berdiri tahun 1924 oleh Aktivist Pakat Dayak
4. Pakat Guru Kristen Dayak, berdiri tahun 1926 oleh Hendrik Sima Binti
5. Jong Dajak, berdiri tahun 1933 oleh A.R. Tahat & J. Lampe
6. Gereja Dayak Evangelis, berdiri tahun 1935 oleh Zending Basel
7. Comite Kesedaran Bangsa Dajak, berdiri tahun 1938 oleh Mahir Mahar
8. Kaoem Wanita Dayak, berdiri tahun c.1938 oleh Bahara Nyangkal
9. Kepandoean Bangsa Dajak, berdiri tahun c.1938
10. Christelijk Hollandsch Dayaksche School, berdiri tahun c. 1940 oleh B. Sandan

Sumber :
KMA Usop ,1996. Pakat Dayak: sejarah integrasi dan jatidiri masyarakat Dayak Daerah Kalimantan Tengah
Marko Mahin ,2006. Housmann Baboe : Tokoh pergerakan bangsa dayak yang terlupakan
Tokoh-tokoh pejuang Kalimantan Tengah : Peran dan Pemikirannya , 2007
Peristiwa-peristiwa bersejarah dan Tokoh-tokoh penting di Kalimantan Tengah, 2006.
http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2009/12/20/kesadaran-politik-dayak-dalam-teropong-sejarah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar