Dalam literatur yang terakses, kata ”Dayak” pertama kali muncul pada tahun 1757 dalam tulisan J. A. van Hohendorff yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing” yang dipakai untuk menyebut “orang-orang liar di pegunungan” (1862: 188). Tampaknya, kata ini dipungutnya begitu saja dari cara orang-orang Melayu pantai menyebut orang pedalaman. J. A. Crawfurd dalam bukunya yang berjudul “A Decriptive Dictionary of The Iemndian Islands and Adjacent Cauntries”(1856: 127) menyatakan bahwa istilah “Dyak” digunakan oleh orang-orang Melayu untuk menunjukan “ras liar” yang tinggal di Sumatra, Sulawesi dan terutama di Kalimantan. (Marko Mahin , 2014).
Kemudian kata "Dayak" mulai dipakai sebagai identitas diri gabungan suku-suku Bangsa asli Kalimantan yang serumpun.
Menurut survei penduduk 2010 , warga negara Indonesia yang mengaku dirinya Dayak sebanyak 3.009.494 jiwa (1,27% peringkat 17 dari 30 Suku). Sedangkan suku Banjar 4.127.124 (1,74% - 13 dari 30) dan suku asal Kalimantan lainnya 1.968.620 (0,83% - 22 dari 30).
Sumber : BPS
Bandingkan dengan suku Jawa 94,2 juta atau 40,2 % dari penduduk Indonesia yang berjumlah 236.728.379 Jiwa.
Kemudian kata "Dayak" mulai dipakai sebagai identitas diri gabungan suku-suku Bangsa asli Kalimantan yang serumpun.
Menurut survei penduduk 2010 , warga negara Indonesia yang mengaku dirinya Dayak sebanyak 3.009.494 jiwa (1,27% peringkat 17 dari 30 Suku). Sedangkan suku Banjar 4.127.124 (1,74% - 13 dari 30) dan suku asal Kalimantan lainnya 1.968.620 (0,83% - 22 dari 30).
Sumber : BPS
Bandingkan dengan suku Jawa 94,2 juta atau 40,2 % dari penduduk Indonesia yang berjumlah 236.728.379 Jiwa.