Jumat, 28 Februari 2014

Dayak JANGAN Golput pada PEMILU 2014 !!! (Juga Banjar dan suku asal Kalimantan Lainnya)

Dalam literatur yang terakses, kata ”Dayak” pertama kali muncul pada tahun 1757 dalam tulisan J. A. van Hohendorff yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing” yang dipakai untuk menyebut “orang-orang liar di pegunungan” (1862: 188). Tampaknya, kata ini dipungutnya begitu saja dari cara orang-orang Melayu pantai menyebut orang pedalaman. J. A. Crawfurd dalam bukunya yang berjudul “A Decriptive Dictionary of The Iemndian Islands and Adjacent Cauntries”(1856: 127) menyatakan bahwa istilah “Dyak” digunakan oleh orang-orang Melayu untuk menunjukan “ras liar” yang tinggal di Sumatra, Sulawesi dan terutama di Kalimantan. (Marko Mahin , 2014).

Kemudian kata "Dayak" mulai dipakai sebagai identitas diri gabungan suku-suku Bangsa asli Kalimantan yang serumpun.

Menurut survei penduduk 2010 , warga negara Indonesia yang mengaku dirinya Dayak sebanyak 3.009.494 jiwa (1,27% peringkat 17 dari 30 Suku). Sedangkan suku Banjar 4.127.124 (1,74% - 13 dari 30) dan suku asal Kalimantan lainnya 1.968.620 (0,83% - 22 dari 30).
Sumber : BPS
Bandingkan dengan suku Jawa 94,2 juta atau 40,2 % dari penduduk Indonesia yang berjumlah 236.728.379 Jiwa.

Dayak Sikukng (Sungkung-Bengkayang, Kalimantan Barat), Pahlawan yang terlupakan Republik Ini. (Cerita Jaman PGRS-PARAKU)



Dayak Sikukng adalah masyarakat Dayak yang mendiami tujuh kampung di sekitar Gunung Sunjang yakni Batu Ampar, Kadok, Medeng, Senoleng , Senebeh, Akit dan Lu. Oleh Pemerintah tujuh kampung ini dijadikan satu desa yang masuk dalam Kecamatan Jagoi Babang , Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.
Dayak Sikukng yang biasa orang luar menyebutnya Dayak Sungkung, diberikan pada jaman penumpasan PGRS-PARAKU tahun 1965-1970an (menurut sumber lokal tentara-tentara yang memberi nama Sungkung). Padahal Masyarakat Dayak Sikukng tidak mau disebut Sungkung. Karena menurut mereka Sikukng adalah sebuah nama yang mempunyai arti sakral peninggalan nenek moyang mereka , yang berarti terakhir atau terjauh.
Oleh orang luar Dayak Sikukng terkenal pengayau, pemenggal kepala orang yang sadis. Membuat penduduk kampung sekitar Dayak Sikukng , takut dengan orang Sikukng. Padahal menurut tetua adat Sikukng , Magang , "Kami bukan pengayau seperti yang diceritakan orang-orang. Kami hanya mengayau untuk kebutuhan upacara Adat "Nyobekng". "Itu pun hanya berlangsung lima tahun sekali", lanjutnya.

Ritual "Babuar Ka Padapuratn" Dayak Kanayatn Kalimantan Barat



Upacara adat "Babuar Ka' Padapuratn" diikuti oleh Kampung-kampung di wilayah empat Binua ,yaitu Binua Lumut Ulu, Binua Sallo Batangan, Binua Sailo Salaass dan Binua Karangan di Kalimantan Barat.Kegiatan ini bertujuan untuk mengusir penyakit Padi , agar dalam kegiatan perladangan mendapat hasil panen yang berlimpah.
Kegiatan "Babuar Ka' Padapuratn" biasa diawali dengan mengarak sekapur sirih di sekitar kampung-kampung. Beberapa perahu kecil dan besar disiapkan untuk membawa pesembahan berupa buah-buahan hasil kebun, hasil pertanian ladang dan sawah.

Cerita Sejarah Adat "Babuar Ka' Padapuratn"
Pada jaman dahulu Kala Ne' Ramaga , seorang pemimpin yang hidup di daerah Bangkule Rajakng (Kampung Pakana sekarang) di tepi sungai Kariwatn (sungai Mempawah) , menerima wahyu dari Nek Panitah untuk mererima aturan hidup yang dinamakan "Adat Lima". Dalam mimpinya Ne' Ramaga diperintahkan untuk mengundang tiga saudaranya yang memimpin wilayahnya, yaitu Nek Matas (pemimpin wilayah di sepanjang sungai Kariwatn) , Nek Teguh atau Pak Usutn (pemimpin wilayah sungai Sambas) dan Nek Ria Sinir (pemimpin wilayah sungai Banyuke atau Landak).

Mendiskusikan kembali Sejarah Rakyat Dayak

Oleh Rony Teguh
Membaca kembali tulisan Bapak TT Suan di Kalteng Pos yang berjudul "Kilas Sejarah Perjuangan Rakyat Kalteng" memberikan pengalaman sejarah masa lalu yang sangat berharga bagi generasi muda yang ada di Kalimantan Tengah. Terlebih lagi penjelasan beliau lebih pada fase-fase perjuangan dari awal dan menuju kemerdekaan Indonesia. Sebagai pembaca saya sangat kagum sekaligus tergelitik dengan narasi-narasi yang diceritakan oleh Bapak TT Suan dari cara memandang, menulis serta menceritakan kembali masa lalu rakyat kita.
Jika merefleksikan kembali sejarah rakyat dan perjuangannya, tidak terlepas dari sudut pandang metodologi yaitu "sejarah rakyat". Akan tetapi sejarah rakyat yang ditulis kembali oleh Bapak TT Suan hanya memiliki makna bertempur dengan Belanda. Setiap fase sejarah yang ada di Kalteng ditulis dengan logika angkat senjata dan logika perlawanan Belanda tanpa akhir sampai tetes darah penghabisan.
Pada akhirnya berujung kepada pengkultusan pahlawan-pahlawan, sedangkan bagi mereka yang bergaul dengan Belanda dianggap sebagai penghianat dan disingkirkan sejarah. Pengkultusan pahlawan yang melawan Belanda jika dengan jujur kita nilai merupakan mereka pada awalnya adalah menjadi penindas-penindas sebelumnya di mana kehilangan akses politik dan akses pemasukan berupa ekonomi. Sebuah pertanyaan besar dalam pikiran saya, siapa itu pahlawan ?. Apapun bentuknya, sangat mustahil, yang diceritakan keberhasilan mereka. Sedangkan rakyat adalah subyek-subyek penderita dari kisah-kisah tersebut.

Sejarah Perjanjian Tumbang Anoi tahun 1894


Untuk mempersatukan wilayah Borneo, maka pada tahun 1894, atas prakarsa Damang Batu, dari desa Tumbang Anoi di Kalimantan Tengah mengumpulkan semua orang yang memiliki gelar tamanggung, damang, dambung, dohong..se-Borneo, dalam perjanjian Tumbang Anoi.Perjanjian Tumbang Anoi sendiri dimulai dengan pertemuan pendahulu yang disebut dengan Pertemuan Kuala Kapuas, pada tanggal 14 Juni 1893. Dalam pertemuan tersebut membahas beberapa hal sebagai persiapan untuk melakukan pertemuan yang lebih besar, diantaranya adalah :
1.      Memilih siapa yang berani dan sanggup menjadi ketua dan sekaligus sebagai tuan rumah untuk menghentikan 3 H (Hakayau=Saling mengayau, Hopunu=saling membunuh, dan Hatetek=Saling memotong kepala musuhnya).
2.      Merencanakan di mana tempat perdamaian itu.
3.      Kapan pelaksanaan perdamaian itu.
4.      Berapa lama sidang damai itu bisa dilaksanakan.

Kamis, 27 Februari 2014

George Obus (G. Obus/Obos ) dari wakil Pemuda Dayak di Sumpah Pemuda , Perwira Intelejen TNI AL hingga Pembentukan Provinsi Kalteng

Sumber dari Group Folks of Dayak

I. Pendahuluan
George Obus (menurut Buku Sejarah Palangkaraya, Penulisan dan pelafalan nama yg benar berdasarkan sumber pustaka adalah George Obus) lahir Hari Rabu , tanggal 24 Desember 1902. Merupakan Putra dari Heine Umar . Lahir di daerah sungai Katingan yg di sebut dlm bahasa Dayak Kuno "Tewang Sangalang Garing" .
Pada tahun 1926 G. Obus lulus dari Zeevaart School (Sekolah Pelayaran) di Surabaya. Dan juga menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Tinggi Bahasa Jepang (Koto Nipponggo Gakko) di Surabaya. Pada masa itu mulai timbul pergerakan kebangkitan Asia dgn munculnya kesadaran untuk berorganisasi.

Nyai Balau, pendekar wanita dari Tewah

Desa Tewah termasuk desa yang cukup besar dan banyak penduduknya, serta aman tenteram dan makmur pada seratus tahun yang lalu. Masa itu hiduplah dua orang wanita kakak beradik bernama Balau dan Tajuh, sebagai anak dari  Nyahu dan isterinya Manyang.  Mereka berdua telah bersuami.  Balau dengan Laut sedangkan Tajuh dengan Mecen. Balau seorang perempuan yang berjiwa besar, bijaksana,tajam pemikirannya,  panjang akal dan tanggap dalam  mengatasi  berbagai kesulitan  maupun  bahaya yang  dihadapi  masyarakat sedesanya.