FRANS. CONNRAD PALAUNSOEKA Lahir di desa Malapi, Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat tanggal 19 Mei 1923, dari pasangan Daun Ma’ Neiding dan Rengen Soeka. Panggilan sehari-harinya adalah Palaun, sedangkan Soeka merupakan marga dari ibunya yang merupakan Samagat (Bangsawan dalam suku Dayak Taman).
Palaun merupakan cucu seorang Pendiri Rumah Betang Malapi I Kapuas Hulu dan Pejuang HAM bernama BALE POLOKAYU (ayah dari Daun) yang sudah diakui oleh Pemerintah pada zaman ORBA, yaitu memperjuangkan adat istiadat Gawai Mamandung, di mana pada zaman dahulu orang melakukan Gawai dengan mempersembahkan salah satu pelayan atau pembantunya untuk dibunuh dengan cara di tombak di dalam kerangkeng kayu yang disebut pandung, dengan maksud untuk dipersembahkan kepada leluhur. Selain itu jika para bangsawan dari Suku Daya’ Taman meninggal, salah satu dari pelayan bangsawan itu harus dibunuh dengan maksud untuk menemani si Bangsawan yang meninggal tersebut. Tradisi inilah yang diperjuangkan dan diubah oleh BALE POLOKAYU, beliau menggantikan manusia yang di kurbankan dengan Kerbau/Sapi.
Seperti kakeknya Bale Polokayu, FC. Palaunsoeka memang terlahir sebagai Pemimpin dan Tokoh. Palaun merupakan seorang Tokoh Dayak dan Tokoh Katolik Nasional yang taat sampai akhir hayatnya dan mempunyai sifat yang sangat perduli terhadap orang banyak. Dan juga sebagai pemimpin partai besar dan organisasi besar.